PRATIWI SEPTARINA BASO
M202301040
PEMINATAN GIZI DAN KESEHATAN REPRODUKSI
Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan Universitas Mandala Waluya
KONAWE SELATAN – lintangsultra.com Abstrak Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang biasa dialami remaja. Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) lebih rendah dari nilai normal, yang ditandai dengan lesu, pusing, mata berkunang – kunang, wajah pucat, sehingga dapat menyebabkan menurunnya aktivitas belajar karena kurangnya konsentrasi serta prestasi belajar, dan pada jangka panjang akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia, dimana remaja putri merupakan generasi masa depan bangsa yang nantinya akan mendukung menentukan generasi berikutnya.
“Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 anemia pada remaja putri meningkat dari 37,1% menjadi 48,9% pada tahun 2018. Data Puskesmas Atari Jaya tahun 2023 sebanyak 32 orang remaja putri yang mengalami anemia, turun menjadi 16 orang pada tahun 2024.
Anemia adalah kondisi medis yang terjadi ketika jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari normal, hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, sehingga apabila jumlahnya kurang, tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen. Pada remaja, anemia sering kali menjadi masalah gizi yang serius, terutama karena tubuh mereka sedang dalam masa pertumbuhan pesat yang membutuhkan asupan gizi optimal. Kekurangan gizi yang terjadi selama periode ini bisa berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental.
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang serius yang khususnya menyerang anak kecil, remaja putri dan wanita yang sedang menstruasi, serta wanita hamil dan pascapersalinan. WHO memperkirakan bahwa 40% anak usia 6–59 bulan, 37% wanita hamil, dan 30% wanita usia 15–49 tahun di seluruh dunia menderita anemia. Prevalensi anemia pada wanita usia produktif di Indonesia tahun 2019 sebesar 31,2% (WHO, 2024)1.
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat dialami oleh semua kelompok umur mulai dari balita, remaja, ibu hamil sampai usia lanjut. Anemia terjadi pada anak usia 5-14 tahun sebesar 26,8% dan usia 15-24 tahun sebesar 32%. Hal ini berarti sekitar 3 dari 10 anak di Indonesia menderita anemia (Riskesdas, 2018)2.
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara yang diketahui jika jumlah penderita anemia di provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2017 berjumlah 33,2% dan pada 2018 mengalami jumlah peningkatan sebanyak 42,1% (Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2019)3.
Penyebab Anemia pada Remaja
Anemia pada remaja umumnya disebabkan oleh beberapa faktor, baik itu kekurangan nutrisi tertentu, masalah medis, atau pola makan yang tidak seimbang. Berikut adalah beberapa penyebab utama anemia pada remaja:
1. Kekurangan Zat Besi
Zat besi adalah komponen utama dalam pembentukan hemoglobin. Kekurangan zat besi adalah penyebab anemia yang paling umum, terutama pada remaja perempuan yang telah mulai menstruasi. Darah yang hilang selama menstruasi mengurangi jumlah zat besi dalam tubuh, sehingga berisiko mengembangkan anemia defisiensi besi.
2. Kekurangan Vitamin B12 dan Asam Folat
Vitamin B12 dan asam folat adalah vitamin yang penting dalam produksi sel darah merah. Kekurangan keduanya bisa menghambat produksi sel darah merah yang sehat, yang menyebabkan anemia. Pola makan yang kurang mengandung produk hewani atau sayuran hijau sering kali menjadi penyebab defisiensi vitamin B12 dan asam folat pada remaja.
3. Pola Makan Tidak Seimbang
Remaja dengan pola makan yang tidak seimbang, misalnya yang sering mengonsumsi makanan cepat saji, junk food, atau yang terlalu mengandalkan makanan ringan, bisa berisiko kekurangan berbagai nutrisi penting, termasuk zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Kurangnya konsumsi makanan bergizi juga meningkatkan kemungkinan anemia.
4. Kebutuhan Gizi yang Meningkat
Pada masa remaja, tubuh sedang tumbuh pesat dan membutuhkan lebih banyak kalori, protein, serta mikronutrien seperti zat besi dan vitamin. Jika asupan gizi tidak mencukupi, maka risiko anemia semakin tinggi.
5. Gangguan Medis atau Penyakit Tertentu
Beberapa kondisi medis seperti infeksi kronis, penyakit kronis seperti penyakit ginjal, atau gangguan penyerapan makanan di saluran pencernaan (seperti penyakit celiac atau gangguan iritasi usus) juga dapat menyebabkan anemia pada remaja.
Gejala Anemia pada Remaja
Gejala anemia bisa bervariasi, tergantung pada tingkat keparahannya. Namun, beberapa gejala umum yang sering dialami oleh remaja yang menderita anemia antara lain:
Kelelahan yang Berlebihan: Remaja sering merasa lebih lelah dari biasanya, bahkan setelah aktivitas ringan.
Pucat pada Kulit dan Selaput Lendir: Kulit terlihat lebih pucat karena jumlah hemoglobin yang rendah.
Sesak Napas dan Pusing: Kekurangan oksigen dalam tubuh dapat menyebabkan sesak napas, terutama setelah aktivitas fisik. Pusing atau bahkan pingsan juga bisa terjadi pada kasus yang lebih parah.
Sakit Kepala: Kekurangan oksigen yang dialirkan ke otak dapat menyebabkan sakit kepala yang sering dan intens.
Penurunan Konsentrasi: Anemia bisa mempengaruhi daya pikir dan konsentrasi, yang berdampak pada performa di sekolah atau aktivitas lainnya.
Cara Mencegah dan Mengatasi Anemia pada Remaja
Pencegahan dan penanganan anemia pada remaja membutuhkan pendekatan yang holistik, termasuk perubahan dalam pola makan dan gaya hidup. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengatasi anemia:
1. Menjaga Pola Makan Seimbang
Remaja perlu mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging merah, hati, ayam, ikan, dan kacang-kacangan. Selain itu, makanan yang mengandung vitamin B12 (seperti daging, telur, dan produk susu) dan asam folat (seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, dan biji-bijian) juga sangat penting. Jika diperlukan, konsumsi suplemen zat besi atau vitamin B12 dan asam folat sesuai rekomendasi dokter.
2. Mengonsumsi Makanan yang Membantu Penyerapan Zat Besi
Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Oleh karena itu, penting untuk mengonsumsi makanan yang kaya vitamin C, seperti jeruk, tomat, atau pepaya, bersama dengan makanan yang mengandung zat besi
3. Menghindari Pola Makan yang Tidak Seimbang
Remaja yang mengikuti pola makan yang terlalu ketat, seperti diet vegetarian tanpa pengaturan yang baik, atau yang terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji, berisiko kekurangan zat besi dan nutrisi penting lainnya. Oleh karena itu, disarankan untuk tetap mengonsumsi makanan seimbang yang mencakup semua kelompok makanan
4. Pemeriksaan Rutin
Remaja yang menunjukkan gejala anemia, atau yang memiliki faktor risiko seperti menstruasi berat atau pola makan yang buruk, sebaiknya menjalani pemeriksaan darah secara rutin untuk mendeteksi anemia sejak dini. Tes darah sederhana dapat membantu menentukan kadar hemoglobin dan mengetahui apakah ada defisiensi zat besi atau vitamin lainnya
5. Mengatasi Penyakit yang Mendasari
Jika anemia disebabkan oleh kondisi medis tertentu, seperti gangguan penyerapan makanan atau penyakit kronis, maka penanganan terhadap penyakit tersebut sangat penting. Konsultasikan dengan dokter untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Sinergi Program dalam pencegahan Anemia pada Remaja Putri di Pusekesmas Atari Jaya Kabupaten Konawe Selatan
Puskesmas Atari Jaya yang di dukung penuh oleh Dinas Kesehatan Kab. Konawe Selatan, melalui Gerakan Aksi Bergizi. Gerakan Aksi Bergizi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran peserta didik dalam melakukan upaya pencegahan anemia yang dilaksanakan secara rutin di sekolah melalui empat intervensi kegiatan utama, yaitu
1.Senam pagi atau aktivitas fisik bersama
2.Sarapan bersama dengan menu gizi seimbang
3.Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)
4.Edukasi kesehatan dan gizi. Menggabungkan sarapan dengan TTD berfungsi sebagai pengingat bagi siswa akan pentingnya sarapan yang sehat sekaligus memastikan siswa tidak mengonsumsi TTD saat perut kosong (Kemenkes RI, 2023)4. Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Selatan telah melaksanakan Gerakan Akzi Bergizi di 25 Kecamatan (100%) pada tahun 2024. Kegiatan ini dilaksanakan di sekolah – sekolah yang berada di setiap Kecamatan (Dinas Kesehatan Kab. Konawe Selatan, 2024)5.Kesimpulan
Anemia pada remaja adalah masalah kesehatan yang umum, namun dapat dicegah dan diatasi dengan pola makan yang sehat dan seimbang serta pemeriksaan medis rutin. Dengan memperhatikan asupan gizi yang cukup, khususnya zat besi, vitamin B12, dan asam folat, remaja dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka dengan optimal
Jika gejala anemia muncul, penting untuk segera berkonsultasi dengan tenaga medis untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Kegiatan Aksi Bergizi juga sebaiknya dilaksanakan untuk menjangkau remaja dan mencegah terjadinya anemia di sekolah-sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
1 World Health Organization (WHO). 2024. Anemia Women Of Reproductive Age Estimate By WHO Region. https://www.who.int/data/gho/data/indicators/indicator-details/GHO/prevalence-of-anaemia-in-women-of-reproductive-age-(-)
2 Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI.
3Dinas Kesehatan Prov. Sulawesi Tenggara. 2019. Data Jumlah Penderita Anemia Tahun 2017-2018.
4Kementerian Kesehatan RI. 2023. Petunjuk Teknis Penggerakan Akzi Bergizi di SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK/PESANTREN. Jakarta : Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
5Dinas Kesehatan Kab. Konawe Selatan. 2024. Kegiatan Akzi Bergizi di Kab. Konawe Selatan. Andoolo.
penulis, Pratiwi Septarina Baso.